Minggu, 29 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISFAR KOEFISIEN PARTISI

                                                
KOEFISIEN PARTISI
A.    TUJUAN
Mengetahui pengaruh suhu terhadap koefisien partisi obat dalam campuran pelarut oktanol-air.
B.     DASAR TEORI
Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor kadang-kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat. (Alfred,1990).
Koefisien distribusi atau koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak dibagi dengan fase berat solute dalam fase rafinat dalam keadaan
kesetimbangan
Koefisien partisi lipida – air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi obat dalam bidang farmasi sangat penting. Teori-teori tentang absorbs, ekstraksi, dan kromatografi banyak terkait dengan teori koefisien partisi (Anonim : 2012).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan keasaman atau kebasahan larutan. Asam lemah adalah asam yang hanya terionisasi sebagian dalam air dan salah satu contohnya adalah asam salisilat. Asam salisilat adalah sebuah asam karboksilat yang lebih bersifat asam dari pada alcohol atau fenol. Sifat faali dari asam karboksilat berbobobt molekul rendah ialah baunya. Reaksi suatu asam lemah dengan air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak pada sis persamaan, yang energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang menstabilkan anion dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan menambahn kuat asam denga cara menggeser letak kesetimbangan kea rah sisi H3O+ dan anion (A-).
            Pada umumnya, obat-obat bersifat asam lemah dan basa lemah. Jika obat tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian pengaruh pH terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah sangat besar.
            Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada koefisien partisi akan bermanfaat dalam hbungannya dengan ekstraksi dan kromatografi obat. Semakin besar nilai koefisien partisinya maka semakin banyak senyawa dalam pelarut organic. Nilai koefisien partisi suatu senyawa tergantung pelalrut organic tertentu yang digunakan untuk melakukan pengukuran.
            Beberapa pengukuran koefisien partisi dilakukan dengan menggunakan partisi air dan n-oktanol, karena n-oktanol dalam banyak hal menyerupai membrane biologis dna juga merupakan model yang baik pada kromatografi fase terbalik. Beberapa obat mengandung gugus-gugus yang mudah mengalami ionisasi. Oleh Karen aitum koefisien partisi obat-obat ini pada pH tertentu sulit diprediksi terlebih jika melibatkan lebih dari 1 gugus yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian, sering kali, salah satu gugus dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi daripada gugus yang lain pada pH tertentu.
            Larutan jenuh  adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipole momemnnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lain. Aksi pelarut dari cairan non polar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dappat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, Karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecah ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar termasuk golongan pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionic dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar.
       
C.     ALAT DAN BAHAN
ALAT
Tabung reaksi                          Propipet
Labu takar 10 mL                   Kuvet
Pipet volum                             Stopwatch
Pipet tetes                               Spektrofotometer
Beker glass

BAHAN
Larutan dapar salisilat pH 3, 4 dan 5
Aquadest
Kloroform
FeCl3 1% dalam HNO3

D.    CARA KERJA
1.      Buat lart dapar salisilat 0,01 M dengan pH 3, 4 dan 5 (dari a.salisilat dan NaOH)
2.      Ambil larutan  @5 mL dan masukkan ke dalam  tabung percobaan
3.      Tambahkan 2 mL kloroform p.a, lalu inkubasi pada suhu 37ºC sambil diaduk
4.      Setelah setimbang, tentukan kadar salisilat dalam  fase air tiap 30 menit (fase air berada di lapisan atas)
5.      Hitung harga koefisien partisi tiap larutan pH tersebut
6.      Cara menghitung kadar salisilat
7.      Ambil 0,4 mL fase air, enecerkan ad 10,0 mL  Ambil 2,0 mlLdari lart tsb
8.      Tambahkan 2 mL  FeCl3 1% dalam HNO3 (operating time 5 menit)
9.      Baca absorbansinya pada 525 nm
10.  Tentukan kadar asam salisilat
E.     EMBAHASAN
            Percobaan dalam praktikum ialah mengenai pengaruh koefisien partisi terhadap  pH suatu bahan obat yang bersifat asam lemah. Seperti yang diketahui bahwa pada umumnya bahan-bahan obat sebagian besarnya bersifat asam lemah atau basah lemah. Jika dilarutkan dalam air akan membentuk ion-ion dan ada juga yang tidak terbentuk dalam ion, karena tidak mudah atau bahkan tidak larut dalam air. Tetapi, beberapa obat yang tidak larut dalam air tersebut dapat larut dalam lipid. Kelarutan obat tersebut terutama dipengaruhi oleh pH-nya. Semakin cepat obat tersebut larut dalam tubuh, maka semakin cepat pula proses absorbsi atau penyerapannya oleh tubuh. Absorbsi obat juga dipengaruhi oleh koefisien partisi bahan obat tersebut. Koefisien partisi suatu obat merupakan perbandingan nilai kadar obat dalam fase lipoid terhadap kadar obat dalam fase air setelah mencapai keseimbangan
            Dalam percobaan ini, bahan yang digunakan adalah dapar salisilat, dengan pH tertentu, yaitu pH3, pH4, dan pH5 yang hendak diketahui koefisien partisinya. Digunakan larutan dapar salisilat ini karena larutan dapar merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH-nya walaupun ditambahkan sedikit asam, maupun ditambahkan sedikit basa. Larutan dapar salisilat yang digunakan tersebut dijadikan sebagai obat dalam fase cair. Penggunaan pH larutan dapar salisilat dibuat beragam dari pH3 hingga pH5  bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan pH terhadap koefisien partisi asam salisilat, sehingga dalam hal ini larutan dapar salislat yang harus dibuat beragam.
            Cara kerjanya adalah membuat larutan dapar salisilat 0,01 M dengan pH 3, 4 dan 5, setelah itu ambil dari masing- masing larutan yang dibuat sebanyak 5ml dan dimasukkan kedalam tabung percobaan, setelah itu ditambahkan klorofom sebanyak 2 ml dan diinkubasi pada suhu 37 C sambil diaduk, setelah setimbang ditentukan kadar salisilatnya dalam fase air tiap 30 menit kemudian harga koefisien partisinya dihitung, untuk cara perhitungan kadar asam salisilatnya adalah dengan mengambil sebanyak 0,4 ml fase air kemudian diencerkan 10 ml dan diambil 2 ml dari larutan tersebut, setelah itu ditambahkan 2 ml FeCI3 1% dalam HNO3 (operating timenya selama 5 menit) kemudian dibaca absorbansinya pada 525 nm, setelah itu ditentukan kadar asm salisilatnya
            Karena koefisien partisi merupakan perbandingan kadar obat fase lipoid tehadap fase airnya, maka perlu dibuat fase lipoid. Dalam percobaan ini, untuk membuat fase lipoid digunakan kloroform p.a.

pH
APC
3
15,67
4
12,71
5
10,28


F.      SARAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pH mempengaruhi koefisien partisi suatu bahan obat yang bersifat asam lemah, di mana pH  berbanding terbalik terhadap koefisien partisi, di mana semakin besar nilai pH maka semakin kecil nilai koefisien partisinya, begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai pH maka semakin besar koefisien partisinya
            Sebaiknya ketersediaan bahan  dan peralatan diperbanyak dan disediakan sebaik-baiknya untuk menunjang proses pembelajaran mahasiswa.
G.    DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995,Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Alfred Martin, dkk. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sardjoko. 1987. Pedoman kuliah rancangan obat. Yogyakarta: PAU Bioteknologi Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah berkunjung